KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di yaumulqiyamah nanti, amin.
Penyusunan makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak.Makalah ini berjudul “Fungsi Akhlak Bagi Kehidupan Manusia”,
yang membahas tentang pengertian ahklak,macam-macam akhlak,bagaimana pentingnya
akhlak dalam bermasyarakat,faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak,akhlak
karimah dalam kaitannya dengan fungsi hidup.
Kami menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna,baik dalam hal penulisan maupun pokok bahasan yang kami
jelaskan. Berkaitan dengan hal tersebut kami selaku penulis sangat mengharapkan
saran, agar kedepannya kami bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan kami yang
lalu.
Banda
Aceh, Maret 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak................................................................................ 3
2.2 Macam-macam Akhlak......................................................................... 4
2.3 Bagaimana
pentingnya Akhlak dalam bermasyarakat.......................... 7
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak............................................ 7
2.5 Akhlak
karimah dalam kaitannya dengan fungsi hidup....................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam ajaran Islam ada tiga komponen
yang merupakan tiang utama bagi kekokohan keberagamaan seseorang, ketiga
komponen tersebut adalah Islam, iman dan ihsan. Islam adalah ajaran yang di
dalamnya terdapat lima pokok ajaran yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan
haji, sedangkan iman adalah sebuah ajaran yang berhubungan dengan keyakinan
hati, di dalamnya terdapat enam inti ajaran yaitu kepercayaan terhadap Allah,
malaikat, para rasul, kitab-kitab, hari akhir, qada dan qadar. Adapun ihsan
adalah sebuah ajaran yang menekankan adanya kemurnian dan ketulusan dalam
merealisasikan penyembahan dan penyerahan diri kepada Sang Pencipta. Kemurnian
dan ketulusan ini berangkat dari jiwa yang memiliki nilai-nilai karimah, dan
adanya nilai-nilai karimah ini dalam Islam termasuk kategori tujuan pembentukan
akhlak Islam. Dengan demikian, ajaran ihsan rapat hubungannya dengan akhlak,
yakni sebuah keadaan yang tertanam pada jiwa manusia.
Dalam Islam, akhlak menempati posisi
yang sangat penting, karena kesempurnaan Islam seseorang sangat tergantung
kepada kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah
manusia yang memiliki akhlak mulia, manusia yang memiliki akhlak mulialah yang
akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Oleh karena hal tersebut di atas,
dalam al-Quran banyak mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan akhlaq,
baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik, maupun larangan berakhlaq yang
buruk serta celaan dan dosa bagi orang yang melanggarnya. Hal ini membuktikan
betapa pentingnya akhlaq dalam ajaran Islam, karena akhlaq yang baik (mahmudah) akan
membawa kemasalahatan dan kemuliaan kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1)
Pengertian Akhlak
2)
Macam-macam Akhlak
3)
Bagaimana pentingnya peranan
akhlak dalam bermasyarakat
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai berikut
:
1. Untuk
lebih mengetahui dan memahami pengertian akhlak secara definisi agar lebih
mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk
menambah pengetahuan tentang pentingnya berakhlak yang baik dalam
bermasyarakat.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Akhlak
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Secara etimologis, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Secara
terminologi, akhlak adalah:
”Sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran
dan pertimbangan” menurut
al-Ghazali.
Definisi yang
diberikan oleh al-Ghazali ada kemiripan dengan definsi yang diberikan Ibrahim
Anis yaitu:
Sifat yang tertanam dalam jiwa
yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari dua definisi di atas dapat
dipahami bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga
akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lebih lanjut. Imam al-Ghazali
memberikan ilustrasi dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din, bahwa bila seseorang dalam menerima tamu dan membeda-bedakan tamu yang
satu dengan yang lainnya, atau kadangkala lembut dan kadangkala tidak, maka
orang tersebut belum bisa dikatakan mempunyai sifat memuliakan tamu. Sebab
seseorang yang mempunyai akhlak memuliakan tamu, tentu akan selalu memuliakan
tamunya tanpa melihat latar belakang tamunya.
Di samping
istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa
Yunani yaitu ethos yang berarti adat, watak atau kesusilaan.
Sedangkan moral yaitu mos jamaknya mores adalah
kata latin yang berarti adat atau cara hidup. Meskipun kedua istilah tersebut
mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun di sisi lain
mempunyai unsur perbedaan. Istilah etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
yang ada, karena etika merupakan suatu ilmu. Istilah moral digunakan untuk
memberikan kriteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan
suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Kedua istilah
di atas, sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Namun perbedaannya terletak pada dasar yang dipakai dalam menentukan baik
buruknya suatu perbuatan. Akhlak dasarnya al-Quran dalam menentukan baik dan
buruk, sedangkan etika dasarnya pertimbangan akal pikiran dan moral dasarnya
adalah kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat .
Dalam Islam,
yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu
baik atau buruk adalah al-Quran dan as-sunnah. Apa yang baik menurut al-Quran
dan Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Quran dan Sunnah berarti
tidak baik dan harus dijauhi. Pribadi Nabi Muhammad saw. adalah contoh yang
paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi masing-masing.
Begitu juga pribadi sahabat-sahabat beliau, dapat kita jadikan contoh teladan,
karena mereka semua mempedomani al-Quran dan Sunnah Nabi saw.
Akhlak terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Akhlak mahmudah, ialah
segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa dinamakan ”fadlilah” (kelebihan). Akhlak yang baik umpamanya: benar, amanah, menepati janji, sabar (tabah),
pemaaf, pemurah, dan lain-lain sifat dan sikap yang baik .
b. Akhlak madzmumah,
yang berarti tingkah laku yang tercela atau aklak yang jahat (qabihah) yang
menurut istilah al-Ghazali disebut ”muhlikat”, artinya segala
sesuatu yang membinasakan atau mencelakakan. Akhlak yang buruk umpamanya:
sombong(takabbur), dengki, dendam, mengadu domba, ghibah,
riya, khianat, dan lain-lain sifat dan sikap yang jelek
B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak Kepada Allah
Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya
sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan
terhadap perintah Allah.
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
2. Akhlak kepada diri sendiri
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan
nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan
ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri
sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah
mengembangkan kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam
bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya
dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam
bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
Menyayangi dan mencintai ibu
bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut
Mentaati perintah
Meringankan beban, serta
Menyantuni mereka jika sudah
tua dan tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak Kepada Sesama Manusia
a) Akhlak Terpuji (Mahmudah)
Husnuzan,berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata
husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang .
Tawaduk,Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
Tasamu,Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia.
Ta’awun,Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu
dengan sesama manusia.
b) Akhlak Tercela (Mazmumah)
Hasad,artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau
cemburu melihat orang lain beruntung..
Dendam,dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan.
Gibah dan
Fitnah,membicarakan kejelekan orang lain dengan
tujuan untuk menjatuhkannama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan
tersebut memangdilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan
yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
Namimah,adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada
orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
C. Pentingnya Peranan Akhlak dalam Bermasyarakat.
Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, perlu sekali bagi tiap-tiap
anggota masyarakat untuk memiliki akhlak yang baik. Kita ini sebagai anggota
masyarakat sudah barang tentu tidak dapat memisahkan diri dari masyarakat yang
lain. Karena itu kita masing-masing pun mempunyai tugas tertentu dalam
bermasyarakat. Tugas yang harus dilaksanakan untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Tugas yang tak boleh dihindari oleh tiap-tiap anggota masyarakat yaitu ikut bertanggung
jawab atas kesejahteraan masyarakat yang lain.
Karena itu Ibnu Rusyd mengungkapkan dalam sya’irnya sebagai
berikut:“Bangsa-bangsa itu hanya tegak dan jaya selama ada akhlak-nya, dan
kalau mereka kehilangan akhlak, mereka pun punah-lah”
Betapa pentingnya keberadaan akhlak bagi kehidupan manusia, maka tepat
sekali ungkapan Ibnu Rusyd tersebut diatas. Berkenaan dengan pentingnya akhlak
itu, maka Allah mengutus seorang Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang telah
dibawakan oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Bertolak dari kemuliaan akhlak bagi seseorang dalam hidup di tengah-tengah
masyarakat, maka bagi setiap umat muslim yang ingin mencapai derajat sebagai
mukmin yang paling utama, haruslah menyempurnakan akhlaknya, sesuai dengan
tuntunan Islam.
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Akhlak
Untuk
menjelaskan faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya, dan pendidikan pada
umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer, yaitu aliran Nativisme,
aliran Empirisme, dan aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme, bahwa
perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah
yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran
ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat,
akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan
kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
Selanjutnya,
menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan kepada anak baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga
sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran.
Menurut aliran ini,
manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke
arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam
pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme
pedagogis.
Aliran lain, yaitu aliran
konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawan si anak, dan faktor luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan
sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada dalam diri manusia
dibina secara intensif melalui berbagai metode.
Aliran yang ketiga ini, tampak
sesuai dengan ajaran Islam. hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di
bawah ini:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ
أُمَّهَاتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ شَيْأً وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ
وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat tersebut memberi petunjuk
bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran
dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya
dengan ajara dan pendidikan.
Kesesuaian teori konvergensi
tersebut di atas, juga sejalan dengan dengan Hadits Nabi saw. yang berbunyi:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ.(رواه البخارى)
Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan suci, maka ayah dan ibunyalah yang akan menjadikan dia seorang yahudi
atau nasrani“(HR. Bukhari).
Ayat dan hadits tesebut di atas,
selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan dengan jelas
bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya
kedua orang tua, khususnya ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni
tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Dengan merujuk
kepada aliran konvergensi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi akhlak manusia, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut
Shailun A. Nashir faktor intern yang mempengaruhi akhlak terdiri atas instink,
akal dan nafsu. Sedangkan menurut Rahmat Djatnika faktor dari dalam diri
manusia itu adalah instink dan akalnya, adat, kepercayaan,
keinginan-keinginan, hawa nafsu (passion) dan hati nurani
atau wijdan. Selain itu, faktor intern yang dapat mempengaruhi
akhlak juga terdapat dalam diri individu yang bersangkutan, seperti malas,
tidak mau bekerja, adanya cacat fisik, cacat psikis dan lainnya.
Adapun faktor yang berasal dari
luar dirinya secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, semua
yang sampai kepadanya merupakan unsur-unsur yang membentuk akhlak.
Faktor-faktor tersebut adalah:
- Keturunan.
- Lingkungan.
- Rumah
tangga.
- Sekolah.
- Pergaulan
kawan, persahabatan.
- Penguasa,
pemimpin
Lingkungan merupakan salah satu
faktor dari luar yang besar pengaruhnya tehadap tingkah laku seseorang.
Lingkungan ini bisa berupa lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, juga
lingkungan alam. Dalam hal ini, Hamzah Ya’qub membagi lingkungan atas dua
bagian, yaitu:
a. Lingkungan
Alam yang Bersifat Kebendaan
Lingkungan alam yang besifat
kebendaan merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan dan mematangkan pertumbuhan bakat
seseorang, namun jika kondisi alamnya jelek akan menjadi perintang dalam
mematangkan bakat seseorang. Oleh karena itu, kondisi alam ini ikut mencetak
manusia-manusia yang dipangkunya. Misalnya, orang yang hidupnya di pantai akan
berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang yang hidup di pegunungan.
b. Lingkungan
pergaulan yang bersifat rohaniah
Lingkungan pergaulan sesama
manusia sangat mempengaruhi terjadinya perbuatan manusia, karena antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya saling mempengaruhi dalam pikiran sifat,
dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan ini dapat dibagi kepada beberapa
kategori:
- Lingkungan
dalam rumah tangga;
- Lingkungan
sekolah;
- Lingkungan
pekerjaan;
- Lingkungan
organisasi atau jamaah;
- Lingkungan
yang bersifat umum dan bebas, misalnya seseorang yang bergaul dengan pecandu
obat bius, maka diapun akan menjadi pecandu obat bius juga. Sebaliknya, jika
remaja itu bergaul dengan sesama remaja dalam bidang-bidang kebajikan, niscaya
pikirannya, sifatnya dan tingkah lakunya akan terbawa kepada kebaikan.
Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa akhlak yang menghiasi seseorang tidak terlepas dari pengaruh yang
terdapat dalam dirinya, berupa potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir, dan
pengaruh yang datang dari luar, yaitu berupa lingkungan dan pendidikan yang
diterimanya.
E. Akhlak
Karimah dalam Kaitannya dengan Fungsi Hidup
Akhlakul yang
baik (al-akhlaqu al-mahmudah) sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, karena dengan akhlak tersebut bisa menyeimbangkan antara antara
akhlak yang baik dengan akhlak yang buruk pada perbuatan manusia.
Islam menginginkan suatu
masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak mulia ini sangat ditekankan karena di
samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa
kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama
yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Allah Swt. menggambarkan dalam al-Quran tentang
janji-Nya terhadap orang yang senantiasa berakhlak baik, di antaranya Q.S.
an-Nahl:97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ
أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا
يَعْمَلُوْنَ (النحل:97)
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Orang yang selalu melaksanakan
akhlak mulia, mereka akan senantiasa memperoleh kehidupan yang baik,
mendapatkan pahala berlipat ganda di akhirat dan akan dimasukkan ke dalam
sorga. Dengan demikian, orang yang berakhlak mulia akan mendapatkan
keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.
Kenyataan sosial membuktikan
bahwa orang yang berakhlak baik akan disukai oleh masyarakat, kesulitan dan
penderitaannya akan dibantu untuk dipecahkan, walau mereka tidak
mengharapkannya. Peluang, kepercayaan dan kesempatan datang silih berganti
kepadanya. Kenyataan juga menunjukkan bahwa orang yang banyak menyumbang,
bersedekah, berzakat, tidak akan menjadi miskin, tetapi malah bertambah hartanya.
Akhlak karimah merupakan suatu
pengamalan yang bersifat ibadah di mana seseorang dalam perilakunya dituntut
untuk berbuat baik terhadap Allah swt. dan berbuat baik terhadap manusia, juga
terhadap dirinya sendiri, juga terhadap makhluk Allah yang lainnya.
Dalam pada itu, Ana Suryana
mengelompokkan akhlak di atas sebagai berikut:
1. Akhlak
yang baik kepada Allah:
- Cinta
kepada Allah swt.
- Taqwa
kepada Allah swt.
- Mengharap
keridlaan Allah swt.
- Tawakkal
kepada Allah swt.
2. Akhlak
yang baik terhadap sesama manusia:
- Berbuat
baik terhadap ibu dan bapak.
- Berbuat
baik terhadap teman.
- Berbuat
baik terhadap sahabat.
3. Akhlak
baik terhadap diri sendiri:
- Menjaga
lahir batin.
- Harus
berani membela yang baik.
- Rajin
bekerja dan mengamalkan ilmunya.
- Bergaul
dengan orang baik.
- Berusaha
mencari nafkah yang halal.
- Jujur
dan benar dalam perilaku.
4. Akhlak
yang baik terhadap sesama makhluk Allah.
- Sayang
terhadap binatang.
- Sayang
terhadap tumbuh-tumbuhan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Secara etimologis, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Akhlak terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:(a) Akhlak mahmudah, ialah
segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa dinamakan ”fadlilah” (kelebihan). contohnya: benar, amanah, menepati janji, sabar (tabah), pemaaf, pemurah, dan
lain-lain sifat dan sikap yang baik .(b) Akhlak madzmumah, yang berarti tingkah laku yang tercela
atau aklak yang jahat (qabihah) yang menurut istilah
al-Ghazali disebut ”muhlikat”, artinya segala sesuatu yang
membinasakan atau mencelakakan. Akhlak yang buruk umpamanya: sombong(takabbur),
dengki, dendam, mengadu domba, ghibah, riya, khianat, dan lain-lain
sifat dan sikap yang jelek .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
akhlak seseorang adalah pembawaan lahir seseorang,keluarga,lingkungan,serta
pendidikan yang diterima seseorang baik di Sekolah atau Universitas maupun di
luar lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Moh Nurhakim. 2004. Metodologi Studi Islam. Malang: UMM
Press.
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengantar
Studi Akhlak, Jakarta : PT
Raja Grafmdo Persada.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhamad. 1989. Ihyâ Ulûm ad-Dîn. Jilid
III. Beirut: Dar
al-Fikr.
Anis, Ibrahim. 1975. Mu’jam al-Washît. Beirut: Dar
al-Fikr.
AS., Ana Suryana. 2007. Materi Pendidikan Agama Islam. Tasikmalaya:
STAI.
Atjeh, Abu Bakar, Prof., DR. 1991. Filsafat Akhlak dalam Islam.Semarang:
Ramadhani.
Depag RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Toha
Putera.
Ma’luf, Louis. 1997. al-Munjîd fî Lughah wa al-A’lam. Cet.
XXXVII. Beirut: Dar
al-Masyriq.
Mahyuddin. 1999. Kuliah Tasawuf. Cet. III. Jakarta: Kalam
Mulia.
Nata, Abudin. 2000. Akhlak Tasawuf. Cet. III. Jakarta:
Raja Grafindo.
0 Komentar untuk "MAKALAH ILMU AKHLAK “Fungsi Akhlak Bagi Kehidupan Manusia”"